Minggu, 20 Oktober 2013

Analisis Novel Laskar Pelangi dengan Pendekatan Ekspresif dan Teori Vladimir Propp




TEORI SASTRA
MENGANALISIS NOVEL “LASKAR PELANGI”
KARYA ANDREA HIRATA
DENGAN PENDEKATAN EKSPRESIF
DAN TEORI VLADIMIR PROPP

Di susun oleh:
Nuziyati
2101412045
Rombel 2

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012/2013



PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Novel pertama Andrea Hirata adalah Laskar Pelangi. Laskar Pelangi mampu menjadi best seller, tidak hanya beredar di dalam negeri saja, tapi juga di luar negeri. Novel laskar pelangi telah berkembang bukan hanya sebagai bacaan sastra, namun juga sebagai referensi ilmiah.
Saya memilih novel Laskar Pelangi untuk dianalisis karena novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata isinya bagus, cerita dari sebuah daerah Belitung, yakni di SD Muhamadiyah. Didalamnya menceritakan kisah sepuluh siswa anak SD Muhamadiyah di Belitung yang mereka kasih nama anggota Laskar Pelangi. Kemudian anggota Laskar Pelangi menjadi sebelas anggota setelah ada murid baru di SD Muhamadiyah.
Novel ini berisi perjuangan para anggota Laskar Pelangi dalam pendidikannya karena mereka berasal dari keluarga yang ekonominya rendah, tetapi mereka tetap semangat dan tidak putus asa walaupun kehidupannya kurang dan susah untuk bersekolah, dengan jarak yang jauh.
Novel ini menceritakan juga tentang kondisi Belitung saat itu. Andrea Hirata dalam menyampaikan karakter dan peristiwa-peristiwanya ditulisnya secara jelas dengan kalimat yang runtut dan tersambung satu sama lain. Dalam penyampaian bahasanya juga indah, ia menyastrakan fisika, kimia, biologi. Tidak seperti novel-novel yang kebanyakan sajiannya metropop bertema urban super-ringan, maupun pornografi.
Dalam novel Laskar Pelangi terdapat tragedi, kisah cinta, persahabatan, semangat dan perjuangan dalam mencapai cita-cita, sehingga novel ini sangat bagus dan membangun. Kata-kata yang dipakai dan sampulnya pun bagus, membuat novel itu lebih menarik. Dengan itu, penulis tertarik untuk menganalisis novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.
Dalam menganalisis novel Laskar Pelangi, penulis menganalisis dengan menggunakan Pendekatan Ekspresif M.H Abrams dan Teori Vladimir Proop. Pendekatan Ekspresif merupakan pendekatan terhadap karya sastra dengan jalan menghubungkan karya sastra dengan pengarangnya. Kritik ekspresif mendefinisikan karya sastra sebagai ekspresi atau curahan, atau ucapan perasaan, atau sebagai produk imajinasi penyair yang beroperasi/bekerja dengan pikiran-pikiran, perasaan; kritik itu cenderung menimbang karya sastra dengan kemulusan, kesejatian, atau kecocokan vision pribadi penyair atau keadaan pikiran; dan sering kritik ini mencari dalam karya sastra fakta-fakta tentang watak khusus dan pengalaman-pengalaman penulis, yang secara sadar ataupun tidak, telah membukakan dirinya dalam karyanya tersebut. Pendekatan ekspresif merupakan pendekatan yang mengkaji ekspresi perasaan atau temperamen penulis. 
Pendekatan kritik ekspresif ini menekankan kepada penyair dalam mengungkapkan atau mencurahkan segala pikiran, perasaan, dan pengalaman pengarang ketika melakukan proses penciptaan karya sastra. Pengarang menciptakannya berdasarkan subjektifitasnya saja, bahkan ada yang beranggapan arbitrer. Padahal, ekspresif yang dimaksud berkenaan dengan daya kontemplasi pengarang dalam proses kreatifnya, sehingga menghasilkan sebuah karya yang baik dan sarat makna.
Teori Vladimir Propp, mempunyai simpulan bahwa yang diselidiki dalam dongeng atau suatu karya sastra bukan tokoh melainkan fungsi tokoh dalam cerita. Proop sebagai strukturalis pertama membicarakan secara serius struktur naratif. Ia menganalisis 100 dongeng Rusia yang dapat ditarik kesimpulan hampir semua mempunyai ciri yang sama. Artinya, dalam sebuah cerita, pelaku dan sifat-sifatnya dapat berubah  tetapi perbuatan dan peran-perannya sama. Propp membandingkan semua fungsi yang terkandung dalam cerita tersebut ada 31 fungsi yang dikelompokkan dalam 7 ruang tindakan atau peranan, yaitu 1. Penjahat (vilian), 2. Pemberi bekal (donor, provider), 3. Penolong (helper), 4. Puteri atau orang yang dicuri dan ayahnya (sought for person and her father), 5. Yang memberangkatkan (dispatcher), 6. Pahlawan (hero), 7. Pahlawan palsu (fals hero).
                                                                                                                        

PEMBAHASAN

  1. Analisis Novel dengan Pendekatan Ekspresif
Andrea Hirata, lahir di Belitung 24 Oktober 1982. Ia merupakan anak keeempat dari pasangan Seman Syaid Harunayah dan NA Masturah. Ia Tinggal di sebuah desa dengan segala keterbatasannya cukup mempengaruhi pribadi Andrea sedari kecil. Ia  banyak mendapatkan motivasi dari keadaan di sekelilingnya yang banyak memperlihatkan keperihatinan. Seperti yang diceritakannya dalam novel Laskar Pelangi, Andrea bersekolah di sebuah sekolah yang kondisi bangunannya memperihatinkan yaitu  di sekolah SD Muhamadiyah. Andrea tetap memiliki motivasi yang cukup besar untuk belajar. Di sekolah itu, ia bertemu dengan sahabat-sahabatnya yaitu, Sahara, Harun, Mahar, Lintang, Syahdan, A Kiong, Borek, Kucai, Trapani dan Flo yang dijuluki dengan sebutan Laskar Pelangi. Setelah menyelesaikan pendidikan di kampung halamannya, Andrea merantau ke Jakarta setelah  lulus SMA. Atas dasar usaha kerasnya, Andrea berhasil melanjutkan pendidikan di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Ia mendapat beasiswa Uni Eropa untuk study master of science di Universite de Paris, Sorbonne, Prancis dan Sheffield Hallam University, United Kingdom. Tesis Andrea di Bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari kedua Universitas tersebut dan ia lulus cum laude.
Andrea Hirata menuliskan buku Laskar Pelangi terinspirasi dari kehidupannya sendiri, perjuangan Laskar Pelangi dalam menggapai cita-cita dan impiannya yang penuh dengan liku-liku serta kondisi Belitung pada saat itu. Serta terinspirasi dari kegigihan Bu Muslimah dan Pak Harfan untuk mengajar siswa yang hanya berjumlah tak lebih 11 orang, dan perjuangan mempertahankan sekolah Muhamadiyah.
Dalam cerita Laskar pelangi, telah diletakan landasan pemikiran yang mengarah pada persamaan atau hak mendapatkan pendidikan. Karena pada masa itu, masih terdapat diskriminasi yang sangat menonjol antara masyarakat ekonomi atas dan masyarakat ekonomi bawah yang susah dalam mendapatkan pendidikan. Pada novel Laskar Pelangi, Andrea Hirata mampu mengungkapkan ekspresi kejiwaannya tentang sesuatu yang merasuk dalam imajinasi dan pemikirannya tentang semangat, perjuangan dan kegigihan dalam menggapai cita-cita. Lalu pengalamannya tersebut menjadi imajinasi yang melahirkan produk kreatifitas yang berupa karya sastra dalam novelnya yang berjudul Laskar Pelangi.
Pengarang mengungkapkan hubungan antara kehidupan manusia dengan kehidupan sosial ekonomi maupun budaya dan perjuangan pemerolehan pendidikan.
Sentuhan emosi yang ditampilkan tokoh dalam Novel Laskar Pelangi ini menggambarkan perjuangan, kegigihan, dan kekalutan pencipta karya sastra itu sendiri. Kekalutan ini terlihat pada penggambarannya yang menggambarkan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian dari kehidupan manusia dan mengungkapkan gejolak jiwanya tentang kehidupan dan perjuangan dalam pemerolehan pendidikan dan menggapai cita-cita.

  1. Analisis Novel dengan Teori Vladimir Propp
1)      Penjahat (vilian)
a)      Tokoh jahat dalam novel Laskar Pelangi adalah Ayah Bodenga, karena menjadi  dukun buaya dan menolak meninggalkan penyembahan buaya sebagai Tuhan. Selain itu, ayah Bodenga jahat pada dirinya sendiri karena bunuh diri, yaitu dengan melilit tubuhnya sendiri kuat-kuat dari mata kaki sampai ke leher dengan akar jawi dan menerjunkan diri ke Sungai Mirang.
Setelah meninggal, ayah Bodenga menjadi buaya dan sering memakan korban.
Bukti:
“ Bodenga kini sebatang kara. Satu-satunya keluarga yang pernah diketahui orang adalah ayahnya yang buntung kaki kanannya. Orang bilang karena tumbal ilmu buaya. Ayahnya itu seorang dukun buaya terkenal. Serbuan islam yang tak terbendung ke seantero kampung membuat orang-orang menjauhi mereka, karena mereka menolak meninggalkan penyembahan buaya sebagai Tuhan. Ayahnya telah mati karena melilit tubuhnya sendiri kuat-kuat dari mata kaki sampai ke leher dengan akar jawi lalu menerjunkan diri ke sungai Mirang. Ia sengaja mengumpankan tubuhnya pada buaya-buaya ganas di sana. Masyarakat hanya menemukan kaki buntungnya.”
(halaman 91, 92)
“ Pada suatu sore warga kampung berduyun-duyun menuju lapangan basket Sekolah Nasional. Karena baru saja ditangkap seekor buaya yang diyakini telah menyambar seorang wanita yang sedang mencuci pakaian di Manggar. Karena aku masih kecil maka aku tak dapat menembus kerumunan orang yang mengelilingi buaya itu, aku hanya dapat melihatnya dari sela-sela kaki pengunjung yang rapat berselang seling. Mulut buaya itu dibuka dan disangga dengan sepotong kayu bakar. Ketika perutnya dibelah, ditemukan rambut, baju, jam tangan dan kalung. Saat itulah aku melihat Bodenga mendesak maju di antara pengunjung. Lalu ia bersimpuh diamping sang buaya. Wajahnya pusat pasi. Ia memberi isyarat kepada orang-orang, memohon agar berhenti mencincang binatang itu. Orang-orang mundur dan melepaskan kayu bakar yang menyangga mulut buaya tersebut. Mereka paham bahwa penganut ilmu buaya percaya jika mati mereka akan mejadi buaya. Dan mereka maklum bahwa bagi Bodenga buaya ini adalah ayahnya karena salah satu kaki buaya ini buntung. Bodenga menangis, suaranya pedih memilukan. Ia mengucapakan ratapan yang tak jelas dari mulutnya yang gagu. Ia mengikat sang buaya, membawanya ke sungai, menyeret bangkai ayahnya itu sepanjang pinggiran sungai menuju ke muara.”
(halaman 92, 93)

2)      Pemberi Bekal (donor, provider)
a)      Bu Muslimah Hafsari Hamid
Bu Muslimah atau sering dipanggil dengan Bu Mus adalah seorang guru yang sabar dan baik hati, banyak ilmu dan pelajaran yang diberikannya pada murid-muridnya. Bukan hanya pelajaran tentang pengetahuan saja yang ia transfer, tetapi juga memberikan pendidikan moral yang itu menjadi bekal untuk murid-muridnya agar tidak salah jalan dan menjadi orang yang baik serta selalu memberikan semangat pada muridnya.
Bukti:
“ Bu Mus adalah seorang guru yang pandai, karismatik, dan memiliki pandangan jauh ke depan. Beliau menyusun sendiri Silabus pelajaran budi pekerti dan mengajarkan  kepada kami sejak dini pandangan-pandangan dasar moral, demokrasi, hukum, keadilan, dan hak-hak asasi jauh hari sebelum orang-orang sekarang meributkan soal materialisme versus pembangunan spiritual dalam pendidikan. Dasar-dasar moralitu menuntun kami membuat konstruksi imajiner nilai-nilai integritas pribadi dalam konteks Islam. Kami diajarkan menggali nilai luhur di dalam diri sendiri agar berperilaku baik karena kesadaran pribadi. Materi pelajaran Budi Pekerti yang hanya diajarkan di sekolah Muhamadiyah sama sekali tidak seperti kode perilaku formal yang ada dalam konteks legalitas institusional seperti sapta prasetya atau pedoman-pedoman pengalaman lainnya. Bu Mus selalu menasihati kami untuk shalat lima waktu.”
(Halaman 30, 31)
b)      Pak Harfan Efendy Noor
Pak Harfan adalah kepala sekolah sekaligus guru di Muhamadiyah. Beliau adalah orang yang sabar dan baik hati. Mengobarkan semangat pada murid-muridnya agar tidak putus asa dalam pendidikannya, pantang menyerah melawan kesulitan apa pun. Ia memberikan pelajaran tentang pengetahuan juga tentang budi pekerti dan moral yang sangat penting dimilikiseseorang agar dapat lebih baik lagi.
Bukti:
“ Pak Harfan tak hanya mentransfer sebuah pelajaran, tapi juga yang secara pribadi menjadi sahabat dan pembimbing spiritual bagi muridnya. Lalu membisikkan sesuatu di telinga kami, menyitir dengan ayat-ayat suci, menantang pengetahuan kami, berpantun, membelai hati kami dengan wawasan ilmu. Beliau menorehkan kebenaran benang merah kebenaran hidup yang sederhana melalui kata-katanya yang ringan namun bertenaga seumpama titik-titik air hujan. Beliau mengobarkan semangat kami untuk belajar dan membuat kami tercengang dengan petuahnya tentang keberanian pantang menyerah melawan kesulitan apa pun. Pak Harfan memberi kami pelajaran tentang keteguhan pendirian, tentang ketekunan, tentang keinginan kuat untuk mencapai cita-cita. Beliau meyakinkan kami bahwa hidup bisa demikian bahagia dalam keterbatasan jika dimaknai dengan keikh;asan berkorban untuk sesama. Bahwa hidup untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya. Tiba-tiba aku merasa sangat beruntung di daftarkan orangtuaku di sekolah Muhamadiyah. Aku meras telah terselamatkan karena orangtuaku memilih sebuah sekolah Islam sebagai pendidikan paling dasar dan orang-orang yang luar biasa.”
(halaman 34,35)
c)      Tuk Bayan Tula
Tuk Bayan Tula adalah orang yang sakti mandraguna, ia hidup jauh dari kehidupan masyarakat yang ada di situ dengan hidup menyendiri di dalam goa di tengah-tengah hutan. Suatu hari ia memberikan pelajaran yang sangat berharga pada Mahar dan Flo sehingga akhirnya mereka tersadar.
Bukti:
“ Saya dan Flo akan di usir dari sekolah, sudah mendapat peringatan karena nilai kami merah, saya minta tolong agar kami lulus ujian dan tidak dimarahi oleh orang tua kami. Lalu Tuk memalingkan wajahnya pada Flo dan Mahar, menepuk-nepuk pundak Mahar. Lalu Tuk memberikan gulungan kertas yang disambut Mahar dengan kedua tangannya seperti gelandangan yang hampir mati kelaparan menerima sedekah. Tuk memberi isyarat agar kertas itu dibuka setelah kami tiba di rumah dan menunjuk ke perahu agar kami segera angkat kaki. Tuk Bayan Tula langsung lenyap dari pandangan. Setelah sampai, Mahar perlahan-lahan membuka gulungan kertas yang diberikan oleh Tuk. Semua anggota Societeit merasaa tegang dan ingin tahu. Setelah dibuka, pesan dari Tuk Bayan Tula adalah, jika Mahar dan Flo ingin lulus ujian, maka harus buka buku dan belajar.”
(halaman 418, 420, 424)

3)      Penolong (helper)
a)      Bodenga
Bodenga menolong Lintang yang dihadanag buaya sewaktu ia dalam perjalanan untuk sekolah, sehingga Lintang hanya bisa terdiam.
Bukti:
“ Tiba-tiba dari arah samping kudengar riak air. Aku terkejut dan takut. Menyeruak di antara lumut kumpai, membelah genangan setinggi dada, seorang laki-laki seram naik dari rawa. Ia berjalan menghampiriku, kakinya bengkok seperti huruf O. Dia melewatiku seperti aku tak ada dan dia melangkah tanpa ragu dan mendekati binatang buas itu. Dia menyentuhnya! Menepuk-nepuk lembut kulitnya sambil menggumamkan sesuatu. Ganjil sekali, buaya itu seperti takluk, mengibas-ngibaskan ekornya laksana anjing yang ingin mengambil hati tuannya, lalu mendadak sontak, dengan sebuah lompatan dahsyat seperti terbang reptil zaman Cretaceous itu terjun ke rawa menimbulkan suara laksana tujuh pohon kelapa tumbang sekaligus. Bodenga berbalik ke arahku, ekspresinya dingin dan jelas tak menginginkan ucapan terima kasih. Dengan sekali sentak, ia bisa menenggelamkanku sekaligus sepeda ini ke dalam rawa. Aku mengenal reputasi laki-laki liar ini. Tapi aku merasa beruntung karena aku telah menjadi segelintir orang yang pernah secara langsung menyaksikan kehebatan ilmu buaya Bodenga.”
(halaman 89, 90)
b)      Tim Laskar Pelangi
Tim Laskar pelangi menolong Flo yang telah hilang di hutan, mereka ikut mencari kemana-mana dan lama sekal Flo tidak ditemukan juga. Tapi akhirnya mereka menemukan Flo di sebuah gubuk yang dekat dengan pohon bakau.
Bukti:
“Setelah tiba saatnya, kami bersama-sama menghitung hingga ketiga dan melompat serentak, menghambur ke bawah dahan itu  sambil bertepuk tangan dan berteriak. Kami terkejut setengah mati tak alang kepalang, rasanya ingin terkencing-kencing. Kami tak percaya dengan penglihatan kami dan terkaget-kaget hebat karena persis di atas kami, di sela-sela dedaunan yang sangat rimbun, bertengger santai seekor kera besar putih yang tampak riang gembira menggunungi sebatang dahan seperti anak kecil kegirangan maiin kuda-kudaan, wajahnya seperti baru saja bangun tidur dan belum sempat cuci muka. Ia tertawa terbahak-bahak sampai keluar air matanya melihat wajah kami yang berbengong-bengong pucat pasi. Flo yang berandal telah ditemukan.
(halaman 329, 330)
c)      Syah Bandar
Syah Bandar adalah anggota societeit de limpia, dalam kekhawatiran dan rasa takutnya, diantara mati atau hidup, ia masih bisa berfikir jernih, pada waktu badai datang menerjang kapal yang ditumpanginya bersama para anggota societeit de limpia, ia melepaskan pegangannya dari ting layar dan mengumandangkan adzan, setelah itu badai pun terhenti. Mereka berfikir, mungkin Allah telah murka dan memperringatkan karena mereka meminta sesuatu tidak kepada Allah, tetapi pada selain Allah, yaitu Tuk Bayan Tula yang dikenal sakti mandraguna, padahal itu adalah jalan yang salah. Mungkin kalau Syah Bandar tidak mengumandangkan adzan, mereka akan hanyut dalam laut, tetapi Allah masih menyelamatkan mereka.
Bukti:
“ Mereka menjerit ketakutan menimbulkan kepanikan yyang mencekam.  Aku berpikir mungkin inilah akhir hayatku, akhir hayat kami semua, laut ini akan segera memerah karena ikan-ikan hiu berpesta pora. Namun pada saat paling genting itu, aku mendengar samar-samar suara orang berteriak. Rupanya Syah Bandar melepaskan pegangannya dari tiang layar dan mengumandangkan azan berulang-ulang. Kami masih terlonjak-lonjak dengan hebat dan air mulai menggenangi geladak tapi lonjakan perahu tiba-tiba reda. Anehnya, setelah adzan itu selesai perlahan-lahan gelombang turun. Kami terkesima pada perubahan yang drastis. Ombak ganas menjadi semakin jinak. Kami bersyukur pada Allah berulang-ulang, bahkan menangis haru.  Permukaan laut yang luas tak terbatas menjadi amat tenang seperti permukaan danau.”
(halaman 411, 412)
4)      Puteri atau orang yang dicuri dan ayahnya (sought for person and her father)
a)      A Ling
A Ling pergi dari rumah meninggalkan Belitung ke Jakarta untuk menemani biinya yang hidup sendirian.
Bukti:
“ Lalu kuku-kuku pemilik ini, tidak seperti biasanya. Tangannya seperti terkena kutukan.  Tidak seperti kuku A Ling, kuku ini seperti mirip sisik buaya. A Ling sudah pergi Jakarta, nanti dia terbang naik pesawat pukul 9. Ia harus menemani bibinya yang sekarang hidup sendiri, ia juga bisa mendapat sekolah yang baggus di sana. Kalau ada nasib, lain hari kalian bisa bertemu lagi, seperti itu kata ayahnya.”
(halaman 297,298)
b)      Flo
Flo adalah gadis anak Gedongan PN Timah yang sekolah di PN, yang hilang di hutan gunung Selumar yang terkenal angker, ia memisahkan diri dari rombongan teman-teman sekelasnya ketika hiking di gunung Selumar.
Bukti:
“ Sebulan yang lalu seluruh kampung heboh karena Flo hilang. Anak bengal penduduk Gedong itu memisahkan dari rombongan teman-teman sekelasnya ketika hiking di gunung Selumar. Polisi, Tim SAR, anjing pelacak, anjing kampung, kelompok pecinta alam, para pendaki, para petualang, para penduduk yang berpengalaman di hutan, pengangguran, dan ratusan orang kampung mencarinya di tengah hutan. Sampai senja Flo masih belum ditemukan.”
(halaman 308, 309)
5)      Yang memberangkatkan (dispatcher)
a)      A Kiong
A Kiong adalah sebagai sahabat Ikal dan sekaligus sebagai penghubung atau perantara Ikal dalam mengirim puisi-puisinya untuk A Ling, orang yang dicintainya dan tak lain adalah sepupu A Kiong.
Bukti:
“ Rupanya A Kiong menangkap keputusasaan dalam nada suaraku tentang A Ling. Ia setia kawan. Sepanjang masih bisa diusahakan, ia tak akan pernah membiarkan sahabatnya patah harapan.”
(halaman 250)
b)      Orang yang di utus menemui Tuk Bayan Tula
Ketika Flo hilang mereka berembug untuk menemui Tuk Bayan Tula untuk mengetahui posisi Flo ada dimana, mereka berangkat menemui Tuk berjumlah 4 orang, dan orang itu tidak sembarangan, seperti pawang hujan, dukun angin, kepala suku Sawang dan seorang polisi senior.
Bukti:
“ maka diutuslah beberapa orang untuk menemui Tuk Bayan Tula, mereka adalah orang yang cukup berpengalaman dalam urusan mistik. Mereka adalh orang pawang hujan, seorang dukun angin, kepala suku Sawang, dan poloisi senior. Utusan ini berangkat menggunakan speedboot milik PN Timah yang berkecepatan sangat tinggi.”
(halaman 315)
c)      Tuk Baya Tula
Tuk baya Tula memberi isyarat agar sesegera mungkin mencari Flo agar dia tidak tenggelam di bawah akar bakau.
Bukti:
“Pesan Tuk Baya Tula: jika ingin menemukan anak perempuan itu maka carilah dia didekat gubug ladang yang ditingggalkan. Temukan segera atau dia akan tenggelam di bawah pohon bakau.”
(halaman 318)

6)      Pahlawan (hero)
a)      Ikal
Ikal bekerja siang malam mencari nafkah untuk keluarga dan Eryn, saudaranya dalam mencapai cita-citanya.
Bukti:
“ Hanya Eryn satu-satunya dalam hidupku. Ia cerdas, agamis, baik hati, Ia adalh mahasiswa berprestasi. Ayah eryn, abang ku, terkena PHK sehingga saya yang membiyayai kuliahnya.”
(halaman 443)
b)      Lintang
Lintang adalah anak yang berbakti pada orang tuanya, dan perjuangan dalam pendidikannya begitu luar biasa walaupun jarak sekolah dari rumahnya sangat jauh, dia juaga anak yang cerdas sampai bisa mengalahkan guru bergelar Dr. Di PN Timah sekalipun.
Bukti:
“ Sahabatku Lintang memiliki hampir semua kecerdasan. Yang paling menonjol adalah kecerdasan spasialnya. Hampir semua kepandaian ada dalam dirinya. Saya yakin disana tertulis cincin Newton, berarti kami berhak mendapat seratus. Begitu argument Lintang dalam menghadapi Pak Zulfikar.”
(halaman 379)
c)      Pak Harfan dan Bu Muslimah
Mereka adalah guru uanf sabar dan baik hati, mempejuangkan SD Muhamadiyah agar tetap berdiri.
Bukti:
“ Bagi kami, Bu Mus dan Pak Harfan adalah pahlawan tanpa tanda jasa sesungguhnya. Mereka mentor, penjaga, sahabat, pengajar dan guru spiritual. Mereka adalah ksatria tanpa pamrih, pangeran keikhlasan dan sumur jernih ilmu pengetahuan. Beliau bertekad melanjutkan cita-cita ayahnya, pelopor sekolah Muhamadiyah di Belitung agar tetap berdiri mengobarkan pendidikan Islam.”
(halaman 30, 31, 32)
7)      Pahlawan palsu (fals hero)
a)      Mahar  dan A Kiong
Mahar tergolong pahlawan palsu karena tinggkahnya yang seolah-olah menjadi pahlawan, hal ini terbukti ketika Mahar, A Kiong dan Syahdan menjenguk Ikal yang sedang sakit. Dengan berlagak seperti paranormal yang dapat menyembuhkan orang sakit dengan ilmu mistiknya.
Bukti:
“ Mahar berdiri, memandangiku dengan cermat. Ia menggelengkan kepala sambil melirik A Kiong. Pisau, kunir diambilkan A kiong dan memberikan pada Mahar.  Mahar mengibas dau beluntas dengan beringas. Menyemburkan air ke seluruh tubuhku termasuk wajah. Aku jadi basah seperti kehujanan.”
(halaman 306, 307)



PENUTUP

Simpulan

Andrea Hirata menuliskan buku Laskar Pelangi terinspirasi dari kehidupannya sendiri, perjuangan Laskar Pelangi dalam menggapai cita-cita dan impiannya yang penuh dengan liku-liku serta kondisi Belitung pada saat itu. Serta terinspirasi dari kegigihan Bu Muslimah dan Pak Harfan untuk mengajar siswa yang hanya berjumlah tak lebih 11 orang, dan perjuangan mempertahankan sekolah Muhamadiyah.
Dalam cerita Laskar pelangi, telah diletakan landasan pemikiran yang mengarah pada pesamaan atau hak mendapatkan pendidikan. Karena pada masa itu, masih terdapat diskriminasi yang sangat menonjol antara masyarakat ekonomi atas dan masyarakat ekonomi bawah yang susah dalam mendapatkan pendidikan.
Penulis dalam menganalisis novel Laskar Pelangi menggunakan pendekatan Ekspresif dan Teori Fladimir Proop. Pengarang mengungkapkan hubungan antara kehidupan manusia dengan kehidupan sosial ekonomi maupun budaya dan perjuangan pemerolehan pendidikan.  Sentuhan emosi yang ditampilkan tokoh dalam Novel Laskar Pelangi ini menggambarkan perjuangan, kegigihan, dan kekalutan pencipta karya sastra itu sendiri.
Pendekatan kritik ekspresif ini menekankan kepada penyair dalam mengungkapkan atau mencurahkan segala pikiran, perasaan, dan pengalaman pengarang ketika melakukan proses penciptaan karya sastra. Pengarang menciptakannya berdasarkan subjektifitasnya saja, bahkan ada yang beranggapan arbitrer. Teori Vladimir Propp, mempunyai simpulan bahwa yang diselidiki dalam dongeng atau suatu karya sastra bukan tokoh melainkan fungsi tokoh dalam cerita. Dalam cerita tersebut ada 31 fungsi yang dikelompokkan dalam 7 ruang tindakan atau peranan, yaitu 1. Penjahat (vilian), 2. Pemberi bekal (donor, provider), 3. Penolong (helper), 4. Puteri atau orang yang dicuri dan ayahnya (sought for person and her father), 5. Yang memberangkatkan (dispatcher), 6. Pahlawan (hero), 7. Pahlawan palsu (fals hero).


LAMPIRAN

Sinopsis Laskar Pelangi

Cerita dari sebuah daerah di Belitung, yakni di SD Muhammadiyah. Saat itu menjadi saat yang menegangkan bagi anak-anak yang ingin bersekolah di SD Muhammadiyah. Kesembilan murid yakni, Ikal, Lintang, Sahara, A Kiong, Syahdan, Kucai, Borek, Trapani, Mahar tengah gelisah lantaran SD Muhammadiyah akan ditutup jika murid yang bersekolah tidak genap menjadi 10. Mereka semua sangat cemas. SD Muhammadiyah adalah SD islam tertua di Belitung, sehingga jika ditutup juga akan kasihan pada keluarga tidak mampu yang ingin menyekolahkan anak-anak mereka. Di sinilah anak-anak yang kurang beruntung dari segi materi ini berada.
Saat semua tengah gelisah datanglah Harun, seorang yang keterbelakangan mental. Ia menyelamatkan ke sembilan temannya yang ingin bersekolah serta menyelmatkan berdirinya SD Muhammadiyah tersebut, meskipun begitu ia orangnya baik. Dari sanalah dimulai cerita mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak Harfan, dengan Bu Muslimah. Perkenalan mereka yang luar biasa di mana A Kiong yang malah cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian bodoh yang dilakukan oleh Borek yang berambisi menjadi seperti Samson, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai karena menurutnya bebannya terlalu kuat, kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar yaitu dengan bakat seninya, pengalaman cinta pertama Ikal dengan A Ling di Toko Kelontongya, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya ke sekolah dan merupakan anak yang pandai dan cerdas, dan Trapani yang selau tidak ingin lepas dari ibunya, serta Sahara gadis yang pintar dan suka bermusuhan dengan A Kiong.
Semua kejadian tersebut sangat menghiasi kehidupan kesepuluh anak SD Muhamadiyah yang  mengatasnamakan diri mereka sebagai Laskar Pelangi. Bu Mus yang merupakan guru terbaik yang mereka milikilah yang telah memberikan nama tersebut untuk mereka. Karena bu Mus tahu mereka semua sangat menyukai pelangi. Saat susah maupun senang mereka lalui dalam kelas yang menurut cerita pada malam harinya kelas tersebut sebagai kandang bagi hewan ternak. Di SD Muhammadiyah itulah Ikal dan kawan-kawannya memiliki segudang kenangan yang menarik. Bu Mus dan Pak Harfan adalah sesosok guru yng sangat baik dan sabar serta selalu memberi motivasi-motivasi pada muridnya agar tetap semangat dan tidak putus asa.
Sebuah kisah percintaan antara Ikal dan A Ling. Yang awalnya Ikal disuruh oleh Bu Mus untuk membeli kapur di toko milik keluarga A Ling. Sebenarnya pekerjaan itu adalah yang paling tidak disukai Ikal, karena jarak dari sekolah menuju toko kelontong di pasar sangat jauh dan hawanya panas, ditambah dengan suasana toko itu yang sangat ramai, harus mengantri dan baunya yang tak sedap, tetapi karena yang menyuruh Bu Mus, ia langsung menyanggupinya. Ikal jatuh cinta pada kuku A Ling yang indah, seumur-umur dia baru menjumpai kuku seindah itu. Kemudian ia tahu bahwa pemilik kuku yang indah tersebut adalah A Ling, Awalnya Ikal hanya menyukai dan kagum dengan kuku-kuku indah A Ling, tetapi ia tidak pernah tahu seperti apa rupa A Ling, hingga pada suatu saat yang tak terduga, kapur yang dikasihkan A Ling pada Ikal jatuh dan berserakan ke lantai, Ikal langsung memungutinya dan ternyata A ling juga, dan tidak sengaja mata mereka berpapasan dan saling memandang, Ikal hatinya merasa aneh karena baru pertama kali ia merasakan sesuatu yang ia sendiri tidak ketahui dan mengerti. Sejakk itu ia pun jatuh cinta padanya.  Ikal selalu bersemangta jika disuruh Bu Mus membeli kapur, bahkan pekerjaan itu adalah pekerjaan wajib baginya, karena dengan begitu, Ikal bisa bertemu dengan kuku-kuku indah A Ling. Ia ke toko kelontong selalu dengan ditemani Syahdan, Syahdan senang jika tidak mengikuti pelajaran. Suatu saat Ikal tahu ternyata A Ling adalah sepupu A Kiong. Lalu ia meminta A Kiong untuk membantunya mengirim puisi-puisi Ikal untuk A Ling, pujaan hatinya. Suatu hari A Ling mengajak Ikal untuk menjumpai A Ling di acara sembahyang rebut. Sembahyang ini adalah sembahyang khusus unutk orang Tiong Hoa. Ikal sangat senang bertemu dengan A Ling dan bersamanya walau hanya sebentar, dan setiap hari ia selalu merindukan A Ling dan ingin cepat-cepet membeli sekotak kapur agar dapat melihat kuku- kuku indahnya. Karena dengan melihat kuku-kuku indah A Ling saja, Ikal sudah sangat senang dan itu dapat mengobati rasa rindunya pada A Ling. Namun, pertemuan mereka harus di akhiri lantaran A Ling pindah untuk menemani bibinya yang sendiri, dan menitipkan sebuah kado yaitu buku berjudul Seandainya Mereka Bisa Bicara karya Herriot dan sebuah diary yang memuat berbagai catatan harian dan lirik-lirik lagu.
Mahar yang mempunyai bakat seni luar biasa bagusnya yang akhirnya menemukan ide untuk perlombaan semacam karnaval waktu itu. Mahar menemukan sebuah ide untuk menari dalam acara tersebut. Mereka para laskar pelangi menari seperti orang kesetanan, hal tersebut dikarenakan kalung dibuat oleh Mahar yang mereka kenakan dari buah yang langkah dan hanya ada di Balitong, merupakan tanaman yang membuat seluruh badan gatal. Akhirnya mereka pun menari layaknya orang yang tengah kesurupan, hal itu membuat penonton lebih takjub dan semakin riuh. Namun berkat semua itu akhirnya SD Muhammadiyah dapat memenagkan perlombaan tersebut.
Namun, pada suatu hari terdengar berita bahwa anak pegawai atasan PN telah hilang di hutan gunung Selumar, namanya Flo. Lama di tidak ditemukan, akhirnya ada usul untuk meminta bantuan pada Bayan Tula, seorang yang sakti mandraguna dan pesannya dalah untuk segera mencari Flo  di dekat gubug ladang yang dtinggalkan, karena kalau terlambat maka dia dia akan tenggelam di bawah akar Bakau. Setelah lama mencari, Flo akhirnya ditemukan oleh anggota Laskar Pelangi, dan sejak itu dia dekat dengan Mahar.
Pada suatu ketika datanglah Flo, seorang anak yang kaya pindahan ari SD PN, ia masuk dalam kehidupan laskar pelangi. Sejak kedatangan Flo di SD Muhammadiyah tersebut yang membawa pengaruh buruk bagi teman-temannya terutama Mahar, yang duduk satu bangku dengan Flo. Sejak kedatangan anak tersebut nilai Mahar seringkali jatuh dan jelek sehingga membuat bu Mus marah dan kecewa. Mahar dan Flo sangat menyukai dengan sessuatu yang berbau mistis dan klenik, mereka berdua mengagumi Tuk Bayan Tula, sampai pada suatu hari mereka bersama Scieteit de limpai, yang mereka dirikan menemui Tuk Bayan Tula meminta agar nilai mereka menjadi Bagus, dan Tuk Bayan Tula memberi pesan jika ingin mendapat nilai bagus dan menjadi pintar, maka harus rajin belajar.
Hari-hari mereka selalu dihiasi dengan canda dan tawa maupun tangis. Namun di balik semua kecerian mereka, ada seorang murid yang benama Lintang yakni anggota laskar pelangi yang perjuangannnya terhadap pendidikan perlu di acungi jempol. Ia rela menempuh jarak 80 km untuk pulang dan pergi dari rumahnya ke sekolah hanya untuk agar ia bisa belajar. Ia tidak pernah mengeluh meski saat perjalanan menuju sekolahnya ia harus melewati sebuah danau yang terdapat buaya di dalamnya. Lintang merupakan murid yang sangat cerdas. Terbukti saat ia, Ikal, dan juga Sahara tengah berada pada sebuah perlombaan cerdas cermat. Ikal dapat menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah kaya PN yang berijazah dan terkenal,  dengan jawabannya yang membuat ia memenangkan lomba cerdas cermat. Apalagi ketika Ayah Lintang meninggal, ia menjadi punggung untuk keluarganya dan terpaksa harus menjadi kuli kasar untuk menghidupi keluarganya.
Namun sayang, semua kisah indah laskar pelangi harus diakhiri dengan perpisahan seorang Lintang yang sangat jenius tersebut. Lintang dan kawan-kawan membuktikan bahwa bukan karena fasilitas yang menunjang yang akhirnya dapat membuat seseorang sukses maupun pintar, namun kemauan dan kerja keraslah yang dapat mengabulkan setiap impian. Beberapa hari kemudian, setelah perlombaan tersebut Lintang tidak masuk sekolah dan akhirnya mereka kawan-kawan Lintang dan juga bu Mus mendapatkan surat dari Lintang yang isinya, Lintang tidak dapat melnjutkan sekolahnya kembali karena ayahnya meninggal dunia. Tentu saja hal tersebut menjadi sebuah kesedihan yang mendalam bagi anggota laskar pelangi.
Beberapa tahun kemudian, saat mereka telah beranjak dewasa, mereka semua banyak mendapat pengalaman yang berharga dari setiap cerita di SD Muhammadiyah. Tentang perjuangan, sebuah persahabatan, ketulusan yang diperlihatkan dan diajarkan oleh bu Muslimah dan Pak Harfan, serta sebuah mimpi yang harus mereka wujudkan. Ikal akhirnya bersekolah di Paris, sedangkan Mahar dan teman-teman lainnya menjadi seseorang yang dapat membanggakan Belitung.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar